Reporter: Ahmad Hadid
Umah Ramah memperkuat pemahaman para relawan penanganan kekerasan seksual di lingkungan Institut Studi Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon. Penguatan itu dilakukan dalam workshop yang diadakan Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN itu berkolaborasi dengan Jaringan Cirebon untuk Kemanusian, Selasa 21 November 2023.
Para peserta yang merupakan mahasiswa dan anggota Organisasi Mahasiswa (Ormawa) itu berjumlah empat puluhan. Mereka direkrut PSGA untuk menjadi relawan dalam penanganan dan pencegahan kekerasan seksual di lingkungan kampus. Mereka akan sering bersentuhan dengan mahasiswa-mahasiswa yang berkait dengan kekerasan seksual.
Dalam kegiatan yang merupakan rangkaian peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (HAKTP) itu, Direktur Umah Ramah, Asih Widyowati menyampaikan, penting bagi para relawan untuk mendapatkan penguatan secara prespektif, mental, maupun emosi.
Menurutnya, tugas relawan tidaklah mudah karena harus bisa melihat peristiwa kekerasan seksual dari perspektif orang yang mengalami. Dia juga harus menjadi orang yang dapat dipercaya dan melindungi privasi yang bersangkutan.
“Dia juga jangan sampai melabeli orang yang mengalami kekerasan seksual dengan stigma-stigma buruk yang justru membuat orang yang mengalami semakin terpuruk,” katanya.
Kasus kekerasan seksual butuh penanganan khusus, sehingga relawan harus bisa menahan serta memilah dan memilih tindakan yang akan dilakukan. Dia tidak dianjurkan untuk menjadi seperti pahlawan yang egois. Misal dengan mengambil tindakan tanpa mendengarkan apa yang diinginkan oleh orang yang mengalami kekerasan seksual.
Di samping itu, relawan juga manusia biasa, sehingga dia harus pandai mengelola tenaga, energi, dan emosinya. Sebab kerja-kerja bersentuhan dengan masalah kekerasan seksual akan sangat melelahkan dan menguras banyak energi.
“Kita harus pandai-pandai mengatur waktu, tenaga, dan energi agar kerja pendampingan tidak merusak kesehatan mental sendiri,” pungkasnya. []