Oleh: Ahmad Hadid
Mahasiswa perlu pro aktif mengkampanyekan narasi perlawanan terhadap kekerasan seksual. Hal itu mengingat kasus kekerasan seksual semakin banyak terjadi di lingkungan kampus. Salah satu cara untuk menyebarkan gerakan melawan kekerasan seksual yakni dengan berkampanye di media sosial lewat poster digital.
Dari latar pemikiran demikian, mahasiswa dari Divisi Pers Himpunan Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah IAIN Syekh Nurjati Cirebon bekerjasama dengan Umah Ramah menggelar pelatihan desain grafis dengan tema “Menolak Kekerasan Seksual“ di Laboratorium TV IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Kamis, 21 September 2023.
Ketua Pelaksana, Farhan Al Farish mengatakan kegiatan pelatihan desain grafis itu dilakukan untuk memberikan soft skill bagi mahasiswa agar turut aktif dalam menyuarakan anti kekerasan seksual. Harapannya, jika sudah mampu berkarya maka mahasiswa bisa melakukan kampanye digital yang dapat dibagi ke berbagai platform media sosial.
“Kasus kekerasan seksual semakin marak terjadi. Beberapa organisasi di kampus juga sudah mulai turut melakukan gerakan anti kekerasan seksual. Salah satunya dengan menyebarkan pamflet berisi nomor aduan kasus-kasus kekerasan seksual. Bagi saya, pelatihan desain grafis dengan tema anti kekerasan seksual ini adalah wujud nyata bahwa Himpunan Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah menolak keras segala perilaku kekerasan seksual,” katanya ketika dihubungi selepas acara.
Pelatihan itu diikuti tiga puluhan pemuda yang berasal dari berbagai kampus dan komunitas di Cirebon. Beberapa peserta mengaku berasal dari luar kampus IAIN, ada juga yang berprofesi sebagai guru, ada juga santri, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Trainer pelatihan, Prasetyo Aditya memberikan penjelasan tentang prinsip-prinsip dasar desain grafis dengan memberikan beberapa contoh karya desain populer. Tidak lupa, dia juga menekankan pentingnya mengangkat isu kekerasan seksual sebagai salah satu tema desain yang akan dibuat para peserta.
“Di era ini, kegiatan desain grafis dapat dilakukan tanpa harus memiliki keahlian khusus dalam menggambar. Ribuan stok template sudah tersedia dalam aplikasi. Tinggal susun saja. Oleh sebab itu, hal yang perlu dilakukan bagi orang yang tidak bisa menggambar adalah mempertajam ‘rasa visual’. Bisa dengan cara melihat referensi desain sebanyak mungkin agar rasa itu dapat berkembang dan bisa digunakan dalam kerja-kerja desain sehari-hari,” jelas Desainer dan Pegiat Umah Ramah itu.
Direktur Umah Ramah, Asih Widyowati yang turut memberikan sambutan sebelum pelatihan berlangsung mengapresiasi kegiatan tersebut. “Kekerasan seksual, apapun bentuknya adalah kejahatan kemanusiaan. Maka dari itu, semua orang harus pro aktif untuk menyuarakan gerakan anti kekerasan seksual. Umah Ramah akan selalu mendukung segala kegiatan penolakan atas kekerasan seksual,” katanya.
Beberapa peserta mengaku antusias mengikuti kegiatan tersebut. Selain untuk mengkampanyekan isu-isu sosial, kemampuan mendesain pamflet digital juga bermanfaat untuk berbagai jenis promosi bisnis dan penjualan barang atau jasa. Mereka merasa senang karena bisa langsung praktik belajar membuat desainnya sendiri.
Salah seorang peserta yang merupakan seorang guru, Khawa mengaku tertarik ikut pelatihan itu karena mengangkat isu kekerasan seksual. Kekerasan tersebut baginya adalah masalah yang krusial dan berat untuk disuarakan.
“Saya tertarik mengikuti ini karena melihat isu yang diangkatnya yaitu kekerasan seksual. Kasus-kasus kekerasan seksual adalah masalah yang krusial dan sangat berat untuk menyuarakannya. Desain grafis bisa menjadi alternatif mengkampanyekan gerakan anti kekerasan seksual secara mudah dan ringan,” katanya. []