Laporan: Napol Riel
Sabtu, 24 Mei 2025 lalu, Umah Ramah berkolaborasi dengan kelompok mahasiswa PMI (Pengembangan Masyarakat Islam) UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon dalam seminar edukasi bersama cegah bullying (perundungan) di Madrasah Ibtidaiyyah (MI) Ma’arif Sutawinangun. Seminar tersebut bertemakan “Bersama Stop Bullying: Mewujudkan Lingkungan yang Aman dan Inklusif”. Sebanyak 17 siswi dan 15 siswa kelas VI A hadir menyimak pemaparan pegiat Umah Ramah ditemani para mahasiswa yang duduk di antara mereka.
Pegiat Umah Ramah, Mahirotus Sofa, memulai pemaparannya setelah pemutaran audio-visual tentang perundungan oleh tim mahasiswa. Sebagai awal, Sofa bertanya lebih dulu apakah para murid pernah mengalami, atau melakukan perundungan. Ia kemudian menjelaskan macam-macam bentuk perundungan dan apa saja dampak negatif yang dialami orang yang dirundung.
“Perundungan itu bukan tentang perbuatannya ya, tapi tentang apa dirasakan oleh teman yang dirundung itu. Bagi kita mungkin cuma bercanda, tapi apa yang dirasakan teman yang diejek? Bisa jadi dia sedih, marah, sakit hati, lalu depresi sampai bunuh diri. Bayangkan kalau kita yang dipukul atau diejek, pasti marah dan sedih juga,” kata Sofa mengingatkan.
Dalam pemaparannya, Sofa juga menekankan para murid untuk tidak menjadi bystander, menonton aksi bullying tapi tidak melakukan apapun untuk menghentikan itu.
“Di sekolah kan biasanya ada sirkel-sirkelan (geng-gengan), ya. Nah, kalau melihat ada teman yang di-bully,walaupun dia bukan sirkel kita, kita jangan diam saja apalagi malah ikutan mem-bully. Bela teman yang di-bully supaya tidak berlanjut lebih parah. Tapi juga perlu hati-hati kalau yang merundung itu jumlahnya lebih banyak. Teman-teman bisa lapor ke orang yang lebih dewasa, ke guru atau orang tua,” katanya.
Setelah pemaparan, salah satu siswa bertanya apa yang perlu dilakukan kalau ada teman yang ingin bunuh diri. Menjawab itu, Sofa menjelaskan pentingnya menjadi pendengar yang baik.
“Dengan kita menjadi teman yang selalu menemani dan mendengar cerita dia itu sudah sangat menolong. Tapi juga jangan ember. Jika ada teman yang bercerita, artinya dia percaya pada kita. Jadi jangan sampai ceritanya malah disebar kepada teman yang lain.”
Beberapa murid lainnya bertanya bagaimana supaya tidak trauma atau depresi. Juga apakah mengedit foto wajah teman di stiker WhatsApp termasuk tindakan bullying. Sofa menyarankan untuk mencoba kegiatan positif yang bisa merilis emosi-emosi yang membuat depresi. Seperti menyanyi, menulis, menggambar, olahraga, dan sebagainya. Trauma mungkin tidak bisa hilang sekaligus, tapi bisa dirilis lewat aktivitas itu. Sofa juga menekankan kembali soal perundungan hendaknya berfokus pada perasaan teman yang mengalami. Kalau responnya marah, atau kelihatan sedih, berarti itu termasuk bullying. []