Ted Bandy dan Bahaya Nonton 18+

First slide

24 April 2020

Oleh: Siti Nur Anisa

”Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara alat kelaminnya (Organ reproduksinya), yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang diperbuat oleh mereka.” Katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara alat kelaminnya (Organ reproduksinya)…

QUR’AN surah an-Nur ayat 30-31

Dalam ayat tersebut dijelaskan apabila seseorang bisa memelihara alat reproduksinya, maka dia tergolong dengan orang yang beruntung. Maka dari itu kita harus bisa menjaga nafsu untuk tidak terjerumus ke dalam perbuatann keji.

Aku pernah menonton video berdurasi pendek berupa pernyataan dari seorang penjahat ternama, terkejam di Amerika bernama Ted Bandy. Dia adalah seorang penjahat sek dan pembunuhan. Yang menjadi korbanya kurang lebih 12 orang.

Dia mengaku sebelumnya dia adalah seorang yang sangat taat pada agamanya, lingkungannya pun baik. Tapi saat dia menonton video porn kehidupannya berubah total. Dari penasaran, kemudian mencoba untuk menonton, lalu menjadi kacanduan, kemudian penasaran dan ingin mencoba untuk merasakan apa yang menjadi fantasinya selama itu. dan akhirnya dia menjadi seorang penjahat sek, kemudian yang menjadi korbannya selalu tewas. Dan dia mati di dalam jeruji besi setelah dieksekusi dan sengatan listrik.

Bahkan Ted menceritakan bahwasanya setiap orang yang dia temui dalam jerusi besi dengan kasus yang sama itu rata-rata asalnya dari kecanduan video porn tadi. Nah itu sebabnya perlu adanya pengawasan bagi para anak terutama dalam menggunakan gadgetnya, karena besar kemungkinan anak pun bisa saja mengalami yang namanya kecanduan pada video porn itu. 

Baru-baru ini saya mendapatkan cerita dari rekan saya, mengenai pelaporan dari seorang ibu yang mengatakan bahwa anaknya diduga mengalami kecanduan pada video porn setelah dia mengecek gadget milik anaknya.

Dampak Menonton Video Porno

Perlu diketahui menonton video porno atau 18+ itu berdampak “Jaringan otak mengecil bersama fungsinya, sehingga mengakibatkan otak bagian tengah depan yang disebut Ventral Tegmental Area (VTA) secara fisik mengecil.” Dan akan ada perubahan drastis dari perilaku si pecandu menjadi lebih agresif. Ini diungkap oleh seorang ahli bedah saraf dari Rumah Sakit San Antonio, Amerika Serikat, Donald L. Hilton Jr, MD dalam seminar tentang “Dampak Pornografi terhadap Kerusakan Otak,” saat di Jakarta.


Dari sikap anak pun akan terlihat, yaitu akan mudah marah, malas ketika diminta untuk melakukan sesuatu, kerap membantah, sering menyendiri, dan stres ketika tidak nonton porno.
Bahayanya ketika otak sudah terobsesi dengan video yang ditonton, otomatis si anak akan penasaran dan mencoba mempraktikkan apa yang dia lihat seperti kasusnya Ted Bandy dan orang-orang yang tertangkap dalam jeruji besi dengan kasus yang sama.


Mungkin yang jadi pertanyaannya, “Lalu bagaimana jika sudah kecanduan?”. Sebenarnya bisa dan sangat bisa untuk seseorang yang benar-benar ingin keluar dari rasa kecanduan porn. Yakni, harus ada niat dalam hati untuk tidak menonton vidio porn. 


Tapi jika usianya masih remaja, khusus bagi orang tua (orang yang paling dekat dan ada di dalam rumahnya) itu harus memberikan waktu luang untuk lebih memperhatikan anaknya, ngajak anaknya jalan-jalan, dan sibukkan waktu bersama anak. Atau ketika ortu sudah sibuk dengan kerjaan, bisa dengan memasukkan anaknya ke beberapa tempat kursus. 
Dan yang terpenting adalah terus kontrol kegiatan dan apa saja yang berkaitan dengan anaknya itu.


Memang butuh waktu yang lama dan konsisten untuk bisa merubah kebiasaan menonton porno, apalagi sekarang vidio porn mudah sekali diakses, ini menjadi kendala besar untuk menciptakan generasi sehat, lingkungan sehat, pemikiran sehat, hati sehat, akal sehat tentunya. 
Sangat membahayakan bagi generasi-generasi berikutnya yang lepas kontrol dari orang tua, keluarga, lingkungan sekitar, bahkan diri sendiri. Tapi pasti bisa untuk merubah kebiasaan itu, yaitu dengan perlahan dan konsisten untuk terus berbuat baik dan bergabung dengan kegiatan-kegiatan yang positif dan bermanfaat.[]

Share to :