SDIT Lemah Duwur dan UR Gelar Seminar Parenting

First slide

23 Juli 2025

Laporan: Mahirotus Sofa

Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Lemah Duwur, Kec. Arjawinangun, Kab. Cirebon menggelar Seminar Parenting dengan tema “Mendidik dengan Teladan dan Cinta di Era Digital” selama tiga hari di sekolah setempat, Kamis-Jumat, dan Senin, 17-18, dan 21 Juli 2025.

Kegiatan yang diikuti para wali murid tersebut merupakan bentuk nyata dukungan sekolah terhadap pengembangan pengetahuan orangtua wali murid, terutama tentang bagaimana menemani proses belajar anak di zaman yang terus berubah.

Untuk memberikan materi mengenai hal tersebut, pihak sekolah mempercayakannya kepada Umah Ramah.

Kepala Sekolah SDIT Lemah Duwur, Nyai Hj. Khaerunnisa S.Pd. menjelaskan bahwa seminar tersebut lahir dari keresahan para guru atas laporan siswa yang tiba-tiba membentuk grup komunikasi dengan penggunaan bahasa yang tidak pantas.

Selain itu, beberapa siswa menyampaikan harapan agar orangtua mereka juga mendapatkan pengetahuan tentang pengasuhan yang tepat. Hal ini karena ada beberapa siswa yang bercerita saat Seminar Stop Bullying setahun lalu.

Mereka menuturkan bahwa orangtua kerap abai dan tak peduli pada masalah yang diceritakan. Beberapa dari mereka malah menceritakan justru mendapatkan kekerasan dari orangtuanya sendiri.

“Oleh karena itu kami merasa perlu ada ruang bersama agar orangtua dan guru dapat memahami tantangan zaman dengan sama-sama belajar dan saling menguatkan. Mari kita sama-sama bertanggungjawab penuh dalam mendidik anak kita semua,” katanya.

Dalam pemaparannya, Pendiri Umah Ramah, Asih Widyowati menyampaikan bahwa orangtua perlu menyadari kenyataan kalau anak-anak lahir di era digital. Tanpa perlu diajarkan pun, mereka kerap lebih pintar dalam penggunaan teknologi dibanding orang tuanya.

“Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai orangtua untuk terus meng-upgrade diri. Jika tidak, kita akan tertinggal zaman,” ujar Asih.

Ia menegaskan bahwa bila orangtua tidak ikut berubah dan beradaptasi dalam mendidik anak, masih menggunakan pola asuh yang dulu, maka kesenjangan baik secara emosional maupun dalam hal komunikasi akan semakin melebar. Anak pun cenderung mencari pembelajaran di luar lingkungan keluarga, yang tidak selalu berada dalam pantauan.

Lebih lanjut, Asih mengingatkan bahwa ketidaktahuan orangtua bukan hanya berdampak pada relasi, tapi juga pada potensi terjadinya tindakan yang merugikan anak.

Dalam kasus kekerasan dan bullying, misalnya, ketidaksadaran dan minimnya pengetahuan bisa membuat orangtua tanpa sadar ikut melakukan hal-hal yang menyakiti anak, meski niat awalnya tidak demikian.

“Menjadi orangtua tidak selamanya benar, begitu pun juga anak. Dia tidak selamanya melakukan kesalahan. Maka jangan mudah sekali-kali menyalahkan sepenuhnya kesalahan tanpa kita mendengar suara anak,” jelasnya.

Ia juga menekankan bahwa pengasuhan di rumah merupakan faktor utama dalam pembentukan karakter anak yang diharapkan orang tua. Peran sekolah hanya mendukung sebagian kecil, sementara nilai dan cara pandang anak banyak dibentuk oleh lingkungan keluarga.

Karena itu, orang tua perlu segera mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang mendukung pola asuh yang baik.

“Saya sangat mengapresiasi kehadiran bapak dan ibu di sini. Ini adalah satu bentuk keinginan untuk terus belajar dan menjadi orang tua yang lebih baik,” pungkasnya.

Dalam kegiatan tersebut, peserta juga diajak untuk berdiskusi, di mana mereka berbagi pengalaman, mengajukan pertanyaan, dan saling menguatkan dalam melakukan kerja-kerja pengasuhan. []

Share to :