Lahar Bara dan Maskulinitas yang Membekap Laki-laki

First slide

31 Mei 2024

Oleh: Ahmad Hadid

Diskusi Keprapag Maskulinitas kembali digelar pada 24 Mei 2024 di Kantor Umah Ramah. Diskusi edisi ketiga kali ini membahas tentang maskulinitas dalam novel “Berdamai dengan Letusan Jilid 1”. Penulis novel, Prasetyo Aditya hadir sebagai narasumber dan pemantik diskusi.

“Tokoh utama dalam novel ini, Lahar Bara adalah sosok yang lahir dari alam pikir maskulin, yakni sosok yang tangguh, berani, dan berjiwa penakluk. Nama Lahar menjadi ramai diperbincangkan setelah berhasil mengevakuasi jenazah yang masuk kedalam kawah gunung Merapi. Kisah heroik tersebut pernah diangkat dalam acara stasiun televisi Kick Andy pada 2015,” jelas narasumber.

Prasetyo Aditya atau yang biasa dipanggil Bondit menjelaskan bahwa Lahar selayaknya laki-laki pada umumnya, sosok yang hidup dalam alam patriarki. Seorang laki-laki yang dibentuk untuk menjadi maskulin.

“Lahar dilahirkan dalam lingkungan masyarakat petani yang patriarkal, dimana laki-laki mempunyai peran maskulin dalam kehidupan seperti agresif secara seksual, pencari nafkah, penanggung jawab keluarga dan lain-lain. Peran-peran itu membentuk kepribadian Lahar yang berani, tangguh, penakluk, dan pantang menyerah,” katanya.

Maskulinitas yeng sedemikian kuat dalam diri Lahar juga mengandung potensi merusak. Terlepas dari perannya yang heroik saat mengevakuasi jenazah di kawah merapi, Lahar sering memposisikan diri sebagai penakluk dalam relasinya dengan perempuan.

“Novel ini menceritakan tidak kurang dari tujuh puluh tiga perempuan yang dia pacari. Bagi Lahar, perempuan adalah makhluk yang mudah diperdaya kata-kata manis lelaki,” katanya.

Bondit pun menceritakan lika-liku kehidupan Lahar dengan maskulinitasnya yang sangat kental. Dia pun menjelaskan bahwa tidak menutup kemungkinan ada banyak laki-laki seperti Lahar di luar sana.

“Semua laki-laki dalam kebudayaan patriarki berpotensi menjadi seperti itu, sebab laki-laki dibentuk secara kultur untuk menjadi pribadi yang maskulin. Namun kita sebagi laki-laki harus mengerti bahwa sisi yang sangat maskulin itu berpotensi merusak dan melakukan kekerasan. Maka dari itu saya mengaharapkan banyak laki-laki ikut dalam diskusi-diskusi semacam ini,” pungkasnya. []

Share to :