Laporan: Ahmad Hadid
Masih banyak orang yang masih keliru dalam memahami tentang apa itu gender. Gender selama ini disalahpahami sebagai seks yakni jenis kelamin yang bersifat biologis. Padahal gender adalah peran-peran sosial yang dilekatkan masyarakat terkait dengan jenis kelamin tertentu. Demikian dikatakan Asih Widiyowati dalam Kajian Gender dan Feminisme, Kamis, 6 April 2023, di Audiotorium Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
“Masyarakatlah yang membentuk peran-peran, misal menjadi laki-laki atau perempuan. Sejak lahir kita dibentuk mulai dari dipilihkan nama, dipilihkan jenis mainan, pakaian, hingga bagaimana cara hidup yang baik,” kata Asih.
Setiap manusia yang lahir diberikan atribut yang itu melekat bahwa laki-laki harus maskulin dan perempuan harus feminin. Perempuan harus baik, lembut dan kemayu sedangkan laki-laki harus kuat, tangguh dan tidak boleh nangis.
Masyarakat juga membentuk peran gender bahwa laki-laki itu bekerja di ruang publik mencari nafkah sedangkan perempuan itu bekerja di ruang domestik mengurusi urusan rumah.
“Dari peran-peran tersebut, laki-laki dipandang sebagai pemimpin keluarga dan perempuan menjadi pengurus rumah tangga. Laki-laki sebagai pemimpin harus kuat, mempunyai inisiatif dan bertanggungjawab. Ia harus mencari nafkah dan menghidupi seluruh anggota keluarganya. Sedangkan perempuan adalah mahluk lemah, harus dilindungi, harus nurut dan manut. Ia harus berada di dalam rumah dan bekerja mengurusi rumah tangga serta mengasuh anak saja,” jelasnya.
Peran-peran gender itu pula yang membuat pendidikan karakter anak dibeda-bedakan. Anak laki-laki dididik dengan polah asuh yang keras, tegas dan tidak boleh nangis. Anak perempuan dididik dengan pola asuh yang lemah, lembut, dan harus anggun.
“Dari peran gender tersebut seringkali timbul beban gender dan ketimpangan. Saya ingin laki-laki dan perempuan bisa setara. Duduk sama rendah berdiri sama tinggi,” katanya lagi.
Panitia kajian, Isna menjelaskan bahwa kegiatan seminar tersebut merupakan bagian dari acara Ramadhan Vaganza yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
“Kami merasa mahasiswa harus memahami konsep gender agar tidak menstigma dan membanding-bandingkan karakter antar mahasiswa,” katanya.
Isna juga menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan agenda kegiatan dari Departemen Gender HIMBIO sebagai penguatan pengetahuan bagi pegiat mahasiswa biologi. Juga agar mahasiswa terus belajar dan mengikuti perkembangan pengetahuan terkait feminisme dan gender.
“Agar mereka mempunyai bekal saat berelasi antar mahasiswa,” katanya.***