Sinopsis:
Kasus kekerasan seksual bagaikan gunung es. Apa yang terlihat di permukaan adalah puncaknya saja, sementara realitas aslinya jauh lebih besar dibandingkan dengan kasus yang dilaporkan atau diketahui publik. Oleh karenanya, penting untuk melakukan penelitian-penelitian tentang kekerasan seksual di komunitas-komunitas kecil di daerah-daerah, seperti yang telah dilakukan Umah Ramah, agar kita bisa melihat fenomena ini dari lanskap yang lebih luas dan lebih dalam lagi. Hasilnya saya harap akan memperlihatkan kepada publik bahwa kekerasan seksual benar-benar terjadi di lingkungan terdekat kita.
Terus terang saya prihatin dengan terjadinya banyak kekerasan seksual di komunitas pendidikan agama. Saat kekerasan seksual terjadi, perhatian kita sebaiknya tidak terfokus pada citra kesalehan atau kesan tentang ketinggian moralitas orang yang terlibat di dalamnya. Akan tetapi, perlu kita garis bawahi bahwa kekerasan seksual bisa dilakukan siapa saja karena akar masalah sesungguhnya dari kekerasan ini adalah relasi kuasa, bukan tinggi rendahnya moralitas. Kekerasan seksual adalah kejahatan dan kejahatan tidak boleh dibiarkan. Pembiaran terhadap kejahatan akan membuat kejahatan tersebut semakin tersebar. Kejahatan bisa menjalari dan menulari anggota masyarakat lainnya. –K.H. Husein Muhammad
Book Synopsis:
This book consists of two parts. First, the writing of Umah Ramah’s research on reproductive health, sexuality, and sexual violence in Islamic boarding schools in 2021. Second, reflective writings of Umah Ramah activists, who are pesantren alumni, on these issues. Covering reflections about wet dreams, menstruation, sexual control through the way of dressing and body shape, body shaming, and the ‘brother/sister complex’ phenomenon that leads to varied sexual orientations.
The results of the research in this book indicate that sexual violence occurs in Islamic boarding schools (pesantren). Pesantren is a place where the Muslim community in Indonesia learns about their religion. In this place, students (santri) live in dormitories, far from their families, and have a high level of obedience to their teachers (ustadz) and caregivers (kyai).
This book shows that sexual assaults do not occur in cultural void, but occur in a daily life space where there is a relationship gap in it. People who has experienced sexual violence are those who are in a subordinate position. Junior students are in the most vulnerable position because of their weakness in relating to other actors; senior students, administrators, teachers (ustadz), and pesantren caregivers (kyai). Moreover, if the junior students are female, then the vulnerability is multiplied because their gender is also in a subordinate position.
The types of sexual violence that occurred the most were cat-calling (37.7 percent), touching/touching sensitive body parts (29.7 percent), sexual harassment (15.4 percent), forced sexual intercourse (7.4 percent) , forced marriage (4 percent), forced abortion (2.3 percent), forced pregnancy (1.7 percent), and other forms of violence (13.1 percent).
Judul: Bahaya Laten Kekerasan Seksual
Penulis: Abdul Rosyidi, dkk.
Tebal: xxii+126 halaman
ISBN: 978-623-99756-1-6
Harga: Rp. 60.000
Link pembelian: KLIK di sini