KATA-KATA adalah sihir. Selain bisa memberi pengaruh positif, kata-kata juga bisa menyakiti perasaan. Berpengaruh sangat negatif. Maka dari itu, istilah ‘lidah lebih tajam dari pedang’ sering terdengar di telinga. Alih-alih mengatakan sesuatu negatif, ada baiknya untuk menyebarkan virus positif kepada orang-orang sekitar.
Sebelum pandemi, Umah Ramah melakukan “Kluyuran Ngopi-Ngobrolin Reproduksi” bertemu dengan anak-anak yang super aktif dan menyenangkan. Membagi pengetahuan kesehatan reproduksi bersama anak-anak dan remaja.
Saya ingat saat berkunjung ke salah satu MI, saya seperti melihat masa kecil, tak tahu informasi tentang seksualitas dan kespro. Info seperti itu sering dianggap sebagai hal yang tabu. Bedanya sekarang ada gagdet yang mereka bisa akses apa saja tanpa ada kontrol.
Sudah saatnya sekarang kita membicarakan sesuatu yang “tabu” tersebut sebelum anak-anak dan remaja kita keliru memahaminya dari sumber yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Sebelumnya saya sempat mendengarkan curhatan teman yang mengajar bahwa dia gelisah melihat perilaku anak-anak yang sudah dewasa sebelum waktunya. Belum lagi lingkungan pergaulan yang kurang mendidik anak-anak melihat video yang belum waktunya. Ditambah banyak kasus-kasus pelecehan/kekerasan seksual terhadap anak, pemerkosaan, dan lain-lain.
Maraknya pemberitaan di media massa mengenai kekerasan seksual terhadap anak ini menjadi alasan kegelisahan yang aku dan temanku, Husnul rasakan. Kasus kekerasan seksual terhadap anak masih menjadi fenomena gunung es. Hal ini disebabkan kebanyakan anak yang menjadi korban kekerasan seksual enggan melapor.
“Ayo mb mencegah lebih baik dari pada korban kekerasan seksual anak semakin banyak,” kata Husnul.
Yah benar juga mencegah lebih baik. Saya sependapat dengan temanku Husnul yang kebetulan mengajar di MI. Anak-anak punya keinginan dan masa depan yang jauh gemilang. Jangan biarkan mereka sendirian. Mari kita temani dan mendengarkan keinginannya menjadi ruang dan tempat yang nyaman buat mereka.[]