Sebulan yang lalu saya berdiskusi dengan satu teman di kantor Umah Ramah. Dia gelisah melihat berita di media, ada anak mengalami kekerasan seksual. Selang dua minggu kemudian, temanku itu datang lagi ke kantor sambil menyampaikan keperluan dari tempat kerjanya.
Dengan wajah agak serius dan gelisah dia berkata. “Beneran kejadian ya. Ada anak yang mengalami (kekerasan seksual) di sekitar komplek saya. Ah, pelakunya juga masih anak-anak,” katanya.
Seminggu sebelumnya saya mendengar cerita yang sama di tempat berbeda. Seorang anak diperkosa temannya dan empat anak lainnya mengalami pelecehan seksual.
Angka kekerasan seksual yang dialami anak-anak selama pandemi semakin tinggi. Menurut data dari Kementerian Sosial, sepanjang tahun 2020, sebanyak 8.259 kasus kekerasan yang melibatkan anak. Sebanyak 3.555 kasus terkait dengan kategori anak yang berhadapan dengan hukum dan 1.433 kasus kategori anak korban kejahatan seksual (tirto.id, 2020).
Saat ini pelecehan seksual semakin banyak terjadi baik secara tertutup maupun terbuka. Pelecehan seksual tertutup bisa terjadi pada perangkat smartphone dengan adanya ancaman atau kiriman konten tak bermoral. Anak-anak belum mengerti mana yang baik dan mana yang tidak. Seperti halnya dengan perilaku yang dilakukan mereka hanya meniru apa yang mereka lihat.
Lalu bagaimana sih cara melindungi anak-anak dari kekerasan seksual?
1. Membangun komunikasi
- Mendengarkan cerita anak dengan penuh perhatian;
- Mendengarkan pendapat dan seleranya walau mungkin orangtua tidak setuju;
- Jika anak cerita sesuatu hal yang sekiranya membahayakan, tanya kepada mereka bagaimana menghindari bahaya tersebut;
- Posisikan diri orangtua menjadi anak. Orangtua belajar untuk melihat dari sudut pandang anak. Jangan cepat mengkritik atau mencela cerita anak.
2. Mengajarkan anak melindungi tubuh
- Orangtua perlu mengajarkan anak-anak agar tidak ada orang yang boleh menyentuh bagian pribadi (dada, kelamin, paha, pantat);
- Jika ada orang yang melakukan perbuatan tersebut: jelaskan bahwa itu salah, melecehkan dan melanggar hukum;
- Beranikan dan bangun kepercayaan diri anak untuk menolak dan lari jika ada orang yang menyentuh bagian tubuh pribadi anak.
Pengetahuan tentang hak reproduksi dan seksualitas penting untuk disampikan sejak dini, sesuai dengan umur dan perkembangan anak. Peran orangtua untuk menyampaikan hal itu dengan tepat tanpa rasa malu dan tabu sungguh penting. Sehingga nanti anak akan lebih bertanggung jawab, memahami hak tubuh, dan punya daya tolak terhadap segala percobaan kekerasan seksual.
Menciptakan ruang aman bagi anak-anak juga menjadi kewajiban orangtua dan kita semua. Sudah selayaknya mereka mendapatkan itu dari orangtua dan masyarakat di lingkungan sekitar. Karena dari rumahlah mereka merasa aman.
Bila peristiwa itu telah terjadi, yakinlah bahwa anak-anak sudah berjuang sekuat tenaga hanya untuk mengatakan itu kepada orang lain. Hargai mereka dan yakinkan bahwa dia tidak bersalah. Si buah hati tidak secuil pun melakukan kesalahan. Karena yang bersalah adalah perilaku orang melakukan kekerasan seksual.
Semoga keluarga dan lingkungan kita menjadi ruang aman untuk anak-anak. Semoga kita semua menjadi orang yang ramah dan terus mendukung siapa saja yang mengalami kekerasan seksual agar mereka bisa melanjutkan hidup dengan bahagia. Wallahu a’lam. []