Reporter: Ahmad Hadid
Umah Ramah menyampaikan materi tentang kekerasan seksual dalam Seminar Membangun Ruang Aman di Lingkungan Kampus yang diselenggarakan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum (BEM FH) Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) Cirebon pada Kamis, 30 Januari 2025 di ruang auditorium setempat.
Dalam seminar yang mengangkat tema “Memperkuat Kesadaran dan Tindakan untuk Kampus Bebas Kekerasan Seksual”, itu Pendiri Umah Ramah, Asih Widyowati menyampaikan, kita perlu memahami apa itu kekerasan seksual, bentuk-bentuknya, siapa pelakunya, dampak dan bagaimana penanganan yang tepat bagi orang-orang yang mengalami kekerasan seksual.
“Kekerasan seksual adalah segala tindakan yang memaksakan kehandak untuk menyerang seksualitas seseorang. Kekerasan seksual bisa dialami siapapun, bukan hanya perempuan muda atau cantik. Faktanya orang tua, anak-anak, balita, dan bahkan laki-laki berpotensi mengalaminya,” katanya.
Bentuk kekerasan seksual bisa macam-macam, bukan hanya yang besar seperti pemerkosaan, tindakan yang dianggap biasa dan kecil seperti suit-suit, catcalling dan candaan seksis sangat berpengaruh memunculkan tindakan kekerasan seksual yang besar itu.
Ia juga menambahkan, pelaku kekerasan seksual seringkali digambarkan sebagai orang yang tidak berpendidikan, kasar, atau yang bermoral rendahan. Padahal faktanya orang yang dianggap biasa saja atau bahkan terhormat seperti teman sebaya, senior, dosen, guru agama, dan orang terdekat seperti ayah, paman, dan saudara juga berpotensi menjadi pelaku.
Dampak kekerasan seksual sangat serius bagi individu karena yang direnggut dalam peristiwa kekerasan ini adalah otoritas ketubuhan seseorang. “Dampak kekerasan seksual pada setiap orang yang mengalaminya berbeda-beda, seperti ketakutan, menyalahkan diri sendiri, tekanan mental bahkan yang paling parah sampai bunuh diri,” katanya.
Bentuk-bentuk kekerasan seksual begitu beragam, sehingga pendekatan untuk menanganinya pun tidak tunggal. Salah satu pendekatan yang digunakan Umah Ramah yakni dengan tidak menamakan orang yang mengalaminya sebagai “korban”.
“Umah Ramah dalam kerja-kerjanya selalu tidak melebeli orang yang mengalami kekerasan seksual dengan kata “korban”, sebab itu akan semakin melemahkan. Kita menemani, mendengarkan apa yang dialami, memvalidasi keadilan yang diinginkan, serta mendukung segala potensi yang ada dalam dirinya untuk kembali bangkit dan sembuh seperti sediakala,” pungkasnya.
Ketua pelaksana kegiatan tersebut, Rida menjelaskan, seminar diadakan untuk menggugah kesadaran semua civitas akademika UGJ untuk bersama-sama menciptakan lingkungan kampus yang bebas dari kekerasan seksual.
“Seminar ini bertujuan untuk menghasilkan rekomendasi dan strategi bersama serta dapat diimplementasikan untuk membangun universitas yang aman, inklusif, dan bebas kekerasan seksual,” katanya.
Kegiatan ini dihadiri puluhan orang dari berbagai kalangan, hadir di antaranya mahasiswa dari berbagai fakultas di Universitas UGJ, para pegiat Umah Ramah, dan Oemah Cirebon Inklusi (OCI).
Hadir juga sebagai Keynote Speaker Siti Farida Rosmawati, Wakil Walikota Cirebon terpilih. Dalam pemaparannya, dia menyampaikan ketertarikan terhadap tema seminar yang diangkat panitia. Sebab menurutnya, isu kekerasan seksual sangat aktual dan relevan dengan kehidupan sosial yang semakin permisif terhadap kekerasan, terutama pada kekerasan terhadap anak dan kekerasan seksual.
“Seminar ini menawarkan harapan untuk memeperkuat kesadaran kolektif, khususnya di lingkungan kampus, untuk mengantisipasi terjadinya kekerasan seksual,” ungkapnya. []