Reporter: Mahirotus Shofa
Umah Ramah berbagi pengetahuan seputar seksualitas dan kesehatan reproduksi (kespro) pada Seminar Kesehatan Reproduksi dalam Perspektif Fikih di Pondok Pesantren KHAS Kempek, Kab. Cirebon, pada Jumat, 22 November 2024. Acara ini dihadiri lebih dari 150 peserta perempuan dari berbagai latar belakang, termasuk di antaranya adalah santri, mahasiswa, dosen, dan pegiat Fatayat.
Pembina Pondok Pesantren Putri Khas Kempek, Nyai Hj. Toahtillah Ja’far menekankan pentingnya pengetahuan kesehatan reproduksi bagi perempuan. Bahkan dalam Fikih, menurutnya, bab yang paling pertama dibahas adalah tentang thaharoh atau bersuci. Bab tersebut sangat berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
“Bahkan di dalam bab thaharoh yang dijelaskan bukan hanya tentang bersuci, tapi di dalamnya pun ada penjelasan mengenai haid, nifas, dan menyusui. Jadi sudah ada di Islam terutama di kalangan santri dijelaskan kesehatan reproduksi secara fikihnya,” katanya.
Direktur Umah Ramah, Asih Widiyowati, sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut mengatakan bahwa pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi memang sudah ada dalam Islam. Menurutnya, dalam konteks pengetahuan, harus selalu ada pembaharuan.
“Selain itu, penting juga untuk memikirkan bagaimana kita mengimplementasikannya. Sehingga apa yang sudah kita kaji menjadi laku hidup kita,” terangnya.
Kemudian Asih juga menyampaikan pentingnya mengenal diri dan tubuh. Karena menurutnya kunci untuk memahami kesehatan reproduksi adalah bagaimana kita mengenali tubuh kita sendiri.
“Hal yang paling sering dilupakan adalah mengenal diri dan tubuh. Bahkan sebagian dari kita malah enggan untuk mengenalinya karena dianggap saru dan tabu. Padahal tubuh itu adalah tubuh kita sendiri, bukan punya orang lain. Jiwa raga yang melekat sama kita 24 jam setiap hari seumur hidup. Dan kalau kita saja tidak mau mengenal, bagaimana kita mau menjaga, merawat tubuh kita,” jelasnya.
Kesehatan reproduksi bukan hanya soal kesehatan dari segi fisiknya saja, namun secara mental atau emosi, dan sosial. Maka dari itu semua orang, termasuk laki-laki pun penting mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
“Mungkin, kalau pasangan kita, yaitu laki-laki tidak mengetahui pengalaman reproduksi perempuan, karena mereka kan tidak mengalami, nanti bisa menimbulkan keributan di dalam relasi kita dengan pasangan. Bahkan sampai menghakimi dengan sebutan ‘baperan’, karena mereka tidak mengerti. Jadi, mari kita saling sharing pengetahuan ini,” ujarnya.
Kemudian di akhir pemaparannya, Asih mengajak kembali kepada semua peserta untuk belajar mengenal diri secara utuh mulai hari ini. “Tak kenal maka tak sehat,” tegasnya. Acara ditutup dengan sesi tanya jawab yang interaktif, di mana peserta dapat mengajukan pertanyaan kepada narasumber. []