Reporter: Ahmad Hadid
Umah Ramah kembali menggelar diskusi serial Keprapag Maskulinitas ke-4, dengan tema “Fotografi dan Maskulinitas” pada Jumat, 21 Juni 2024. Acara yang digelar di kantor Umah Ramah ini menarik partisipasi belasan pemuda dan pemudi dari Cirebon yang datang dari berbagai latar belakang.
Kurnia Ngayuga Wibowo, atau yang akrab disapa Yuga, seorang seniman fotografi muda asal Cirebon, menjadi narasumber dalam diskusi ini. Ia mengemukakan bahwa, praktik fotografi tidak hanya sekadar teknik memotret, tetapi juga melibatkan dinamika kuasa yang sering kali merugikan objek yang difoto.
“Fotografer seringkali memiliki kontrol penuh terhadap gambar yang mereka hasilkan tanpa meminta persetujuan dari objek yang difoto,” paparnya dengan tegas.
Terkait sejarahnya, narasumber menyinggung era kolonialisme, dimana fotografi juga digunakan sebagai alat untuk merekam stereotip rasial dan merendahkan masyarakat pribumi.
“Fotografi telah menjadi alat kekuasaan, terutama dalam konteks kolonialisme, dengan menggambarkan foto-foto yang disusun untuk menciptakan narasi tertentu, seperti foto jenderal Inggris dan raja pribumi yang mungkin tidak mencerminkan keadaan sebenarnya,” jelasnya sambil menunjukkan foto pada slide yang ia persentasikan.
Istilah-istilah dalam dunia fotografi seperti ‘Hunting’ dan ‘Shooting’ juga disoroti oleh Yuga sebagai bagian dari budaya yang secara tidak langsung menguatkan dominasi maskulinitas.
Melanjutkan pembahasannya, narasumber menegaskan bahwa kamera memiliki potensi untuk eksploitasi, terutama dalam industri fashion yang seringkali memperkuat objektifikasi tubuh perempuan.
“Praktik objektifikasi ini tidak hanya menimbulkan ketidaknyamanan, tetapi juga meningkatkan risiko terjadinya kekerasan seksual,” ungkapnya dengan serius. []