Ester Pandiangan Mengampu Sekolah Menulis Seksualitas UR 2024

First slide

1 Juli 2024

Reporter: Ahmad Hadid

Umah Ramah mengelar pelatihan menulis esai dengan tema seksualitas dan kekerasan seksual pada Selasa-Rabu, 25-26 Juni 2024, di kantor Umah Ramah, Perumahan Linggahara IV No B-14, Kedawung, Cirebon. Kelas menulis tersebut diampu Ester Pandiangan, penulis buku-buku esai seksualitas “Akibat Menabukan Seks“, “Sebab Kita Semua Gila Seks”, “Maaf Orgasme Bukan Hanya Urusan Kelamin” dan yang terbaru “Seks Kita Memang Perlu Dibantu”.

Sebanyak 16 peserta dari berbagai daerah, yakni Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, Subang, Tegal, dan Kabupaten Brebes, turut serta dalam kelas menulis ini. Mereka adalah anak-anak muda yang memiliki minat mendalam dalam dunia kepenulisan.

Sebelum menjadi penulis buku, Ester Pandiangan memiliki pengalaman menjadi jurnalis di berbagai media seperti Harian Global, Aplaus The Lifestyle Magazine, Femina Grup, Sarasvati Art Magazine, dan halodoc.id. Dia membagikan pengetahuannya tentang dasar penulisan esai dan kondisi content writing hari ini.

“Menulis esai sebenarnya sederhana, ungkapkan pikiran dengan cara yang pribadi dan relevan. Di era digital, tulisan personal dengan sentuhan riset dan pandangan ahli sangat diminati,” ungkap Ester dengan antusias.

Peserta pelatihan dibimbing melalui empat sesi yang intensif. Sesi pertama membahas “Dasar-dasar Menulis dan Menulis Zaman Now”, dengan penekanan pada pentingnya menggabungkan pengalaman personal dengan riset yang mendalam. Sesi kedua memfokuskan pada strategi memulai menulis dari pengalaman pribadi, yang dianggap Ester sebagai langkah awal yang penting dalam mengekspresikan ide dan cerita.

Sesi ketiga menjadi sorotan utama, Ester memaparkan strategi sensitif dalam menulis tentang topik kekerasan seksual dan pengalaman traumatis.

“Menulis tentang tema sensitif memerlukan kehati-hatian dan harus didukung oleh sumber yang terpercaya. Penting untuk tidak hanya mengikuti tren isu yang sedang booming tanpa validasi yang tepat,” tegasnya.

Pada sesi keempat, Ester mengangkat pentingnya menulis sebagai bentuk terapi untuk kesehatan mental.

“Menulis dapat menjadi proses penyembuhan untuk menyembuhkan luka-luka traumatis dalam diri. Melalui karya-karya ini, kita tidak hanya berbagi pengalaman tetapi juga memberikan dukungan bagi mereka yang mengalami hal serupa,” paparnya. []

Share to :