Reporter: Ahmad Hadid
Umah Ramah bersama Komunitas Literasi Senja, Kopi Satu Visi, dan Forum Taman Baca Masyarakat Kota Cirebon (FTBM KOCI) menggelar diskusi pada Sabtu, 1 Juni 2024 di Kedai Kopi Satu Visi, Kesambi, Kota Cirebon. Diskusi dengan tema seksualitas tersebut berangkat dari hasil penelitian dalam buku Pesantren, Seksualitas, dan Kekerasan Seksual.
Berbeda dengan kegiatan diskusi buku sebelumnya, diskusi kali ini dilakukan secara berseri untuk mencapai kedalaman materi pembahasan.
“Karena buku ini terlalu tebal dan isinya berat maka bedah buku akan dibuat berseri. Bedah buku seri pertama ini akan membahas seksualitas terlebih dahulu,” kata Mahirotus Shofa, moderator diskusi.
Dalam diskusi yang dihadiri belasan muda-mudi dari berbagai kalangan di Cirebon, itu kedua narasumber menyampaikan berbagai pandangannya. Mereka adalah Asih Widyowati, pendiri Umah Ramah dan Ayuning Dharma Malik, pegiat di Literasi Senja.
Asih Widyowati mengatakan bahwa masyarakat seringkali keliru dalam memahami kata seks, seksual, sensual, dan seksualitas. Seringkali kata-kata itu digeneralisir dan bermakna hubungan seksual. Pandangan yang keliru seperti itu pada akhirnya membiaskan pemahaman tentang kekerasan seksual dan upaya-upaya penanganannya.
“Seksualitas penting dipahami agar bisa memahami apa itu kekerasan seksual. Seksualitas masih sering dipandang sebagai hubungan seks. Pemahaman seksualitas seperti itu membuat bias terhadap peristiwa kekerasan seksual yang hanya dipandang sebagai peristiwa besar saja seperti pemerkosaan dan pencabulan,” katanya.
Upaya untuk memahami seksualitas, menurutnya adalah upaya untuk memahami diri. Seksualitas yang jarang dipahami orang berkaitan dengan bagaimana diri berubah, berkembang, dan merasa nyaman.
Narasumber lainnya, Ayuning Dharma Malik menjelaskan bahwa pembahasan seksualitas dalam buku Pesantren, Seksualitas, dan Kekerasan Seksual sangat mendetail. Dari buku tersebut dia mengakui ada banyak pemahaman yang diperoleh dan merasakan ada kesadaran-kesadaran baru yang tumbuh.
“Saya baru menemukan buku yang sangat detail membahas seksualitas. Buku ini membuka kesadaran saya bahwa seksualitas bukan hanya tentang perkelaminan saja tapi mencakup banyak hal dalam kehidupan,” katanya.
Menurutnya, seksualitas dalam buku tersebut dijelaskan tidak hanya yang berhubungan dengan badan dan aspek biologis saja.
“Menyadari tubuh dan lingkungan hidup itu juga bagian dari seksualitas. Seksualitas juga bukan ada setelah aqil baligh melainkan berkembang dari sejak kita lahir sampai mati. Pemahaman seperti ini harus digaungkan kepada khalayak umum, agar tidak lagi terjadi kesalahpahaman terus menerus,” tuturnya. []